Selasa, 29 Oktober 2013

catatan seorang ibu 1

Mereka adalah anak-anakku…

Catatan seorang ibu 1
Madiun, 10 juli 2012

Pias wajahku, begitu melihat kepolosan dan kemungilan wajah anak-anakku yang sedang dibekap oleh mimpi. “Mereka adalah anak-anakku…” gumamku lirih. Sejurus, tangan kananku membelai lembut perut yang kian membuncit. Teringat siang tadi, anak pertamaku begitu riang menghampiri, tiba-tiba dia mencium dan mengelus perutku sambil mengucapkan haru dalam diriku,
“Ma… adikku dua ya, ma?”.
“Iya… kakak suka gak?” balasku
“Suka!!” jawabnya dengan penuh kepolosan dan sesungging senyum yang merekah.
Mama, Kak Nadzim dan Dek Agam
Tanpa terasa air mataku menggumpal, berlomba-lomba ingin menyeruak keluar sekadar membuang galau yang merajai hati. Entah bahagia atau sedih atas air mata ini? Kacau balau, aku menamai hatiku saat ini. Bahagia ? tentu… ini adalah sebuah rejeki yang tidak semua orang berkesempatan memiliki. Diluar sana, beramai-ramai orang sedang melakukan sederetan program kehamilan yang membutuhkan tidak sedikit biaya. Ada juga yang rela mengadopsi anak demi meruntuhkan kerinduan hadirnya anak di tengah-tengah keluarga. Sedih? Ya…rasa itu menyergapku begitu aku melihat si kecil yang genap satu tahun, yang belum pandai menapakkan kaki tanpa sandaran dan belum pandai melafalkan kata. Baru beberapa kata, “mama dan maem”. Peletakkan kata mama saja tidak hanya padaku. Orang-orang yang ada disekitarnya juga di panggilnya “mama”. Terlebih kata “maem” pun masih jarang terdengar. Ya… sedih itu menyergapku, si kecil harus menjadi kakak dari anak ketigaku yang berusia lima minggu dalam kandunganku. Mungkin lebih tepatnya, aku menamai rasa sedihku dengan rasa bersalah. Kasih sayangku harus terbagi lagi… 

Mereka adalah anak-anakku… yang bisakah aku membekap adil mereka satu demi satu dalam beranda kasih sayang? Bisakah kasih sayangku akan utuh terpatri dalam potret tumbuh kembang mereka? Sedang serangkaian aktifitas juga mewarnai kehidupanku. Haruskah aku hentikan lalu lintas rutinitasku, biar sedikit aku menyisih dan memfokuskan perhatian pada mereka? Sedang, sedikit banyak ruhul jihad telah mengalir dalam darah dari bapak, the best my motivation in this life!!

Mereka adalah anak-anakku… yang bisakah aku dengan keterbatasanku mendidik mereka? Menghantarkan mereka menjadi pribadi yang sempurna dalam tataran manusia. Pribadi yang tangguh. Pribadi yang berguna dan membanggakan. Pribadi yang kelak bisa “mikul duwur, mendem jeru” orang-orang disekelilingnya. Semoga! Amin. 

Ya maulaya… dalam keheningan malam ini, jangan biarkan aku hanyut di kedangkalan hatiku! Jangan biarkan aku larut atas kekhawatiran yang melemahkanku! Aku… dengan kemanusiawianku telah menjauhkan aku dengan keimananku. Engkau maha ada… Engkau maha adil… Engkau maha pemberi rejeki. 

"Robbana hab lana min dzurriyatina qurrota a'yun. "Ya Rabb, karuniakan kami dengan menjadikan anak kami penyejuk mata." amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kasih coment yaaa!!!